bioethanol

Minggu, 18 September 2011

Pabrik Bioethanol Pertama di Sumapapua Bahan Baku Singkong Di Mamuju sudah bisa Beroperasi 

19 March 2011





Lokakarya sehari tentang Pengembangan Energi Alternatif dalam rangkain  selesainya di Bangun sebuah pabrik Bioetanol berbahan baku Singkong di sebuah Uni pemukiman Transmigrasi bernama Botteng Kabupaten Mamuju dislelenggarakan hari ini Sabtu ( 19/3) bertempat di salah satu Ruangan Sekolah Dasar di Lokasi yang masih dalam binaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju Provisnsi Sulawesi Barat.
Pabrik Bioethanol di UPT.Botteng ini adalah pabrik Pertama di Sumapapua dari tiga pabrik bantuan Pemerintah lewat Kementerian ESDM yang bekerja sama dengan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 1 buah ditempatkan di NTT perbatasan Indonesia dan Timor Leste dan 1 buah lagi di Kalimantan Tengah.
Untuk menuju ke Lokasi Pabrik Bioetanol dalam kondisi cuaca bersabat dapat ditempuh hanya dalam waktu 1 jam perjalanan dengan kendaraan Motor atau Mobil, dengan arak kurang lebih 30 Km arah Selatan Ibukota Provinsi Sulawesi Barat Mamuju. Namun karena cuaca hari ini huan maka kendaraan roda empat hanya bisa sampai 1,5 Km sebelum Lokasi, maklum Jalanan ke Lokasi yang berada di ketinggin 488 Meter dari Permukaan laut  ini menanjak dalam belum beraspal, disaat hujan turun akan menjadi licin dan sulit dilalui kendaraan roda 4. Akhirnya dengan menumpang OJek Motor rombongan termasuk penulis naskah tiba di Lokasi.
Lokakarya yang berlangsung semarak dan berbobot ini dibuka oleh Kepala Balai Besar Pengembangan Latihan Ketransmigrasian Jakarta yang diwakili Ir.Sri Werdaningsih, MAE  yang intinya mengatakan bahwa Pabrik ini adalah bantuan pemerintah dalam hal ini kementrian ESDM bekerja sama dengan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar dipelihara dengan baik, dimanfaatkan dengan baik yang bertujuan untuk untuk kesejatraan masyarakat dari dan untuk masyarakat itu seindiri, Lokakarya dihadiri pula oleh para Narasumber dari Direktorat Energi Baru terbarukan dan Konservasi Energi  Kementrian ESDM, yang mewakili Direktur Pengembangan Usaha Dirjen P2MKT  Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI,para Kepala Dinas terkait tingkat Provinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Mamuju. Dengan peserta Lokakarya Pengelola Pabrik Bioethanol dan Pemuka masyarakat UPT.Botteng berjumlah 60 Orang.
Lokakarya ini dislenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Balai Latihan Transmigrasi Makassar bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Mamuju sebagai Tuan Rumah.
Dalam kata sambutannya Kepala UPTP.Balatrans Makassar Ir.Bambang Haryadi,MM sebagai Ketua Panitia Penyelenggara di Botteng mengucapkan terima kasih atas kerjasama semua pihak baik itu peserta maupun para Narasumber dari Instansi terkait seperti Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov.Sulawesi Barat dan Kabupaten Mamuju, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi dan Kabupaten, Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten, Dinas Pertanian Kabupaten Mamuju, atas kerjasama yang baik sehingga Lokakarya ini berlangsung dan terselenggara dengan baik.
Lokakarya ini diselenggarakan masih terkait dengan Pelatihan Tenaga Pengelola yang dilaksanakan pada tanggal  29 Nopember 2010 kami dari Dinas Sosial tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten Mamuju berkenan membuka Pelatihan pengembangan energi  alternatif  kabupaten Mamuju yang dilaksanakan di Unit Pemukiman transmigrasi Daerah Botteng kecamatan Simboro kepulauan yang disiapkan menjadi Desa Energi Mandiri ( DEM ) sebagaimana yang Saya tulis sebelumnya http://green.kompasiana.com/polusi/2010/11/30/bbn-alternatif-pengganti-bbm-botteng-desa-mandiri-energi/.
PENINJAUAN LOKASI MPABRIK
Sebelum Acara Lokakarya dimulai terlebih dahulu rombongan meninjau Pabrik pengelohan dari tenaga pihak pengeloa warga Transmigran yang sudah dilatih memberi penjelasan step-step pengoprasian mesin untuk merubah Singkong menjadi Bahan Bakar Nabati, dengan kadar 75 % hingga 95 % dengan langsung melakukan Ujicoba didepan para rombongan.
Pabrik berkapasitas 3 Ton Singkong / hari dioprasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga genset, dari 7 Kg Singkong ( ubi kayu ) dapat menghasilkan 1 Liter Bioetahnol, Bioethanol ini adalah pengganti Bahan Bakar Minyak baik untuk Minyak Tanah uga utuk pembangkit Listerik  maupun bahan bakar untuk motor dan mesin2 lainnya. Untuk saat sekarang ini produksi pabrik tersebut baru dapat digunakan untuk Pengganti Bahan Bakar Minyak tanah dan untuk pembangkit Listerik Pedesaan, untuk digunakan pada mesin-mesin motor  masih memerlukan campuran Bensin untuk menghidupkan mesin pertama kalinya atau dicampur dengan campuran 1 Bensin berbanding 2 Bioethanol  ini disebabkan karena Minyak Nabati dari singkong masih mengandung sedikit air. Dari hasil Uji Coba diketahui bahwa menggunakan Alternatif Bahan Bakar Bioethanol  dari Singkong jauh lebih hemat dari menggunakan BBM dengan mengambil sample dari  1 Liter minyak tanah yang dipakai untuk menghidupkan  untuk kompor hanya bertahan kurang lebih 4 Jam saja, namun dengan menggunakan Bioethanol bisa bertahan hingga 8 jam, penghematan yang sangat-sangat  signifikan.
BAHAN BAKU SINGKONG
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kapasitas Pabrik adalah sekitar 3000 Kg   ( 3 Ton ) Singkong perhari, untuk memenuhi kebutuhan pabrik Bioethanol ,  para Transmigran membentuk kelompok Petani Singkong yang akan menanam singkong di lahan mereka untuk memasok singkong minimal 1000 Kg singkong perhari agar Pabrik ini dapat berjalan lancar. Harga singkong basah dipasaran hanya Rp.300 /kg.
Untuk kebutuhan Pabrik dibutuhankan  singkong yang dipanen antara 8 bulan sampai 1 tahun, diharapkan setiap kelompok melakukan pernanaman secara bergantian untuk mencegah agar pasokan dapat berkesinambungan, menurut beberapa orang petani yang kami temui mengatakan bahwa 1 pohon singkong berumur antara 8 bulan sampai 1 tahun menghasilkan singkong seberat 40 Kg singkong basah. Namun salah satu Kabid pada  Dinas Pertanian Kabupaten Mamuju  menjelaskan bahwa untuk memaksimalkan hasil Tanaman singkong mungkin sebaiknya para petani calon pemasok menggunakan Singkong Sambung batang, dengan menyambung Ubi biasa dengan Ubi Karet yang biasa disebut Ubi Mukebat hasilnya bisa mencapai 80 sampai 100 Kg/Pohon dalam kondisi di tanam di daerah Transmigrasi yang masih subur.
KALKULASI HASIL YANG BISA DICAPAI,
Apabila Mesin  yang sudah diuji coba dapat beroperasi sesua dengan apa yang telah direncanakan maka beberapa keuntungan dapat diperoleh, saya mencoba untuk membuat hitungan secara kasar berdasarkan hasil Lokakarya yang saya simak dari beberapa pembicara yang menanggapi para peserta Lokakarya dalam ekspose yang berjalan meriah karena sambutan peserta begitu antusias sebagai berikut :
  1. Produksi Bioethanol perhari, kalau saja sehari Pabrik bisa melakukan produk 75 % dari kapasitas pabrik yang berarti 2000 Kg singkong basah, hasil produksi yang bisa mencapai  300  Liter Bioetanol/hari, dalam tanya jawab tersebut diketahui bahwa biaya  produksi diperkirakan sekitar 750 ribu Rupiah.

  2. Kalau hasil produksi Bioethanol bisa dipasarkan untuk memasok Genset Pembangkit Listerik di Lokasi Pemukiman Setempat  dan pengganti Bahan Bakar Minyak Tanah keperluan Rumah tangga untuk kompor seharga Rp.5000/liter maka hasil yang bisa diperoleh untuk setiap harinya adalah sebesar  Rp.1.500.000,-
Ini hanyalah sebuah ilustrasi dari hasil pengamatan sementara di Lokasi Lokakarya yang mungkin dapat dijadikan bahan pengetahuan  bagi masyarakat  bahwa  Bioethanol Energi alternatif  yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui adalah  untuk mengantisipasi  pemanasan global serta  persediaan minyak bumi yang suatu waktu akan terkuras dari perut bumi.***
Berhubung naskah ini terlalu panjang, maka untuk masalah dan hambatan serta cara pemecahan masalah dan hambatan saya akan tulis kemudian, terima kasih.Maaf entah mengapa foto2 yang saya ambil dengan kamera foto canon tidak dapat di upload ke naskah ini, dan akan saya usahakan foto2 akan saya sertakan pada tulisan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar